Senin, 11 Januari 2016

MAKALAH OBSTETRI (Gangguan Psikologi, Depresi, Psikosa, dan Psikoneurosa)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
            Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wa nitahamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya.
            Telah diketahui bahwa wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian akan hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau pernyataan, kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis.
            Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikut biasanya penyakitnya timbul lagi, selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kahamilan. Peran tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan, memberikan dukungan, motivasi maupun pengobatan untuk mengatasi gangguan tersebut agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi ibu maupun kesehatan janinnya.
1.2  Rumusan Masalah
1.   Apa definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
2.   Apa penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
3.   Apa saja jenis-jenis depresi, psikosa dan psikoneurosa?
4.   Apa saja tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
5.   Bagaimana pencegahan dan penanganan depresi, psikosa dan psikoneurosa?
1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2.      Untuk mengetahui penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3.      Untuk mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5.      Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.






























BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Depresi
A.    Pengertian
            Kehamilan seharusnya adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian wanita masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan mengalami gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi depresi yang nyata (mayor depresi).
            Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a)      Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b)      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “untuk menoba lebih keras“.
c)      Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
            Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
            Depresi merupakan gangguan mood yang menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik tertentu dalam kehidupannya, jadi tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita hamil. Tetapi sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
          Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
B.     Gejala-gejala Depresi
            Seseorang menderita gangguan depresi jika, lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilanga minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a)      Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b)      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
c)      Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
d)     Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e)      Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
f)       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari.
g)      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.
h)      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
i)        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
            Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
a.       Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.      Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c.       Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.      Jarang mengontrol kehamilan.
e.       Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.       Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.

C.    Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
            Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi penyebabnya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik.
            Selain itu, ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jika depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a)      Kehamilan yang tidak diharapkan
b)      Hamil di luar nikah
c)      Faktor ekonomi
d)     Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e)      Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f)       Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g)      Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h)      Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i)        Sedang menghadapi masalah keuangan
j)        Usia ibu hamil yang terlalu muda
k)      Adanya komplikasi selama kehamilan
l)        Terpisah dari keluarga
m)    Rasa takut yang berlebihan.
n)      Orang tua tunggal.
o)      Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.

D.    Dampak Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
            Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a)      Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b)      Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c)      Kelahiran premature
d)     Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
e)      Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.

            Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya meninggal. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.

E.     Pencegahan Depresi
            Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas.

2.2       Psikosa
       I.            Definisi
           Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
           Psikosa merupakan gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat , berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu. Psikosa ditandai  oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
            Pada umunya pasien psikosa tidak mampu melakukan partisipasi sosial, sering ada gangguan bicara, kehilngan orientasi terhadap lingkungan, aspek sosialnya membahayakan orang lain maupun diri sendir serta memerlukan perawatan rumah sakit.
    II.            Penyebab psikosa:
a.       Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.      Ekstenal (kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)

 III.            Jenis-jenis psikosa
 Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas:
a.       Skizofrenia
     Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
1)      Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
2)      Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3)      Komplikasi kandungan.
4)      Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Tipe-tipe dari skizofrenia :
1)      Skizofrenia Simplex
          Gejalanya meliputi kehilangan minat, emosi tumpul / datar, dan menarik diri dari      masyarakat.
2)      Skizofrenia Hebefrenik
          Umumnya dialami atau timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun dengan gejala berupa reaksi-reaksi emosional yang makin bertambah indiferen, adanya gangguan proses berpikir dan tingkah laku infantile, seperti tiba-tiba menangis atau tertawa tetapi tidak berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi, makan secara berlebihan dan berceceran, buang air kecil atau buang air besar sembarang tempat, berpakaian seperti bayi, dan lain-lain.
3)      Skizofrenia Katatonik
          Penderita tipe ini menunjukkan satu dari dua pola yang dramatis, yakni;
a)      Stupor
Penderita kehilangan gerak, cenderung untuk diam pada posisi yang stereotipi dan lamanya bisa berjam-jam bahkan berhari-hari, mempunyai kontak yang minimal sekali dan mutisme (menolak untuk bicara).
b)      Excitement
Penderitanya melakukan tingkah laku yang berlebihan, seperti bicara banyak tetapi tidak koheren, gelisah yang ditunjukkan dengan tingkah laku seperti mondar-mandir, melakuakan masturbasi di depan umum, bahkan menyerang orang lain.
4)      Skizofrenia paranoid
Penderita menunjukkan dua pola, yaitu:
·         Pola skizofrenia: ditandai dengan proses berpikir kacau, tidak logis, dan mudah berubah serta delusi yang aneh.
·         Pola paranoid: system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak dengan realita (realita testing) juga relative tidak terganggu.

5)      Paranoid
     Paranoid dilain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi, yaitu persepsi palsu dan kecurigaan tidak beralasan terus menerus  yang sangat kuat, pola berfikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.

Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.    Psikosa fungsional
            Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan), depresi, gaduh gelisah.

b.    Psikosa organik
     Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
                                  
 IV.            Tanda dan Gejala
·         Tanda tanda psikosa:
1.      Halusinasi
2.      Sejumlah kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan retardasi psikomotor.
·         Gejala psikosis adalah:
1.      abnormal menampilkan emosi
2.      kebingungan
3.      depresi dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4.      kacau berpikir dan berbicara
5.      kegembiraan
6.      keyakinan palsu
7.      melihat, mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan ketakutan/ kecurigaan
·         Menninger telah menyebutkan sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikosa:
1.      Perasaan sedih, bersalah yang mendalam
2.      Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan.
3.      Isi pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4.      Kecendungan membela diri atau rasa kebesaran
5.      Keadaan bingung dengan  disorientasi dan halusinasi.
·         Proses kejiwaan dalam kehamilan
1.      Triwulan I
Ø  Cemas ,takut, panik, gusar
Ø  Benci pada suami
Ø  Menolak kehamilan
Ø  Mengidam
2.      Triwulan II
Ø  Kehamilan nyata
Ø  Adaptasi dengan kenyataan
Ø  Perut bertambah besar
Ø  Terasa gerakan janin
3.      Triwulan III
Ø  Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
Ø  Perasaan bertanggung jawab
Ø  Golongan ibu yang mungkin merasa takut
Ø  Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
    V.            Pencegahan psikosa
      Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a)      Informasi
b)      ANC rutin
c)      Nutrisi
d)     Penampilan
e)      Aktivitas
f)       Relaksasi
g)      Senam hamil
h)      Latihan pernafasan
·         Penatalaksannan yang dilakukan:
a)      Konsultasikan dengan dokter, psikiater, psikolog, dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
b)      Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus dengan kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar.
c)      Ajarkan dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat dan pernafasan
d)     Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.
e)      Hindari komentar   suatu kasus dan gelak tawa
f)       Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
g)      Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
h)      Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat,  morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
i)        Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
j)        Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak tahan terlalu diisolasi.



2.3       Psikoneurosa
a)      Pengertian Psikoneurosa
            Psikoneurosa yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi). Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam pelbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism).
            Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat tidak menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan meledak menjadi gejala neurosa.
            Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
b)      Jenis Psikoneurosa
Ø  Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
            Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
            Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
Ø  Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
            1) Gejala-gejala neurosis cemas
            Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanika
·         Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan,
·         Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,
b.      Faktor penyebab neurosis cemas
            Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
·         Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
·         Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
·         Kecenderungan harga diri yang terhalang.
·         Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
c.       Terapi untuk penderita neurosis cemas
            Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.































BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
            Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali.
            Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.

3.2              Saran
            Diharapkan kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di sekitar dengan pemberian dukungan/motivasi dan segala macam bantuan positif lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.










DAFTAR PUSTAKA
·         Dirgagunarsa, Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
·         Hanafiah Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan dan Depresi. Surabaya. Yayasan Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
·         Kuntjojo.2009. Diktat Psikologi Abnormal. Kediri : Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI.
·         Suroto. 1994. Stress. Jakarta : Gajah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar