BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode
dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari
seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.
Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan, hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian
akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan,
pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wa nitahamil dan dari aspek teknis
dapat mengurangi aspek sumber daya.
Telah diketahui bahwa wanita hamil
mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan yang biasanya tidak seberapa berat dan
kemudian akan hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus
atau pernyataan, kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam
kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat
menimbulkan psikosis.
Penderita sembuh setelah anaknya
lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikut biasanya penyakitnya timbul lagi,
selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kahamilan. Peran tenaga
kesehatan disini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan, memberikan
dukungan, motivasi maupun pengobatan untuk mengatasi gangguan tersebut agar
tidak memberikan dampak yang buruk bagi ibu maupun kesehatan janinnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
2.
Apa penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
3.
Apa saja jenis-jenis depresi, psikosa dan psikoneurosa?
4.
Apa saja tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa?
5.
Bagaimana pencegahan dan penanganan depresi, psikosa dan psikoneurosa?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2.
Untuk
mengetahui penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3.
Untuk
mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4.
Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5.
Untuk
mengetahui cara pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan
psikoneurosa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Depresi
A. Pengertian
Kehamilan seharusnya adalah masa
yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian wanita
masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan
depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan
mengalami gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya
akan menjadi depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi atau biasa disebut sebagai
gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat
mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a)
Menurut
National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai
suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi
tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b)
Southwestern
Psychological Services
memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health
bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu
kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan
“untuk menoba lebih keras“.
c)
Staab
dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan
suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang
ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu
gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi
setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak
sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu
yang normal.
Depresi merupakan gangguan mood yang
menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik tertentu dalam kehidupannya, jadi
tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita hamil. Tetapi
sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering
dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja
bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi bisa diobati dan dimanage
selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood
sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis
yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone
bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal
ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya
menimbulkan depresi.
B. Gejala-gejala
Depresi
Seseorang menderita gangguan depresi
jika, lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan
merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu
gejala harus emosi depresi atau kehilanga minat atau kemampuan menikmati
sesuatu.
a)
Keadaan
emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap
hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau
pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b)
Kehilangan
minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain).
c)
Hilangnya
berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat
badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan).
d)
Insomnia
atau hipersomnia hampir setiap hari.
e)
Kegelisahan
atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
f)
Perasaan
lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari.
g)
Perasaan
tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa
merupakan delusi) hampir setiap hari.
h)
Berkurangnya
kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan,
hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang
lain).
i)
Berulang-kali
muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul
pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda
atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya
dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni
diantaranya sebagai berikut :
a.
Ditandai
dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan
lebih banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit
berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.
Teganggu
calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam
keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c.
Kadang-kadang
tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas
biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah,
hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.
Jarang
mengontrol kehamilan.
e.
Tidak
pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.
Tidak
melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
C. Penyebab
Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan
mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat
hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi penyebabnya.
Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi
terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam
pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin,
dan asam gama aminobutrik.
Selain itu, ada pula hasil
penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah
dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut.
Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita
depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jika
depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor
organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor
psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi
seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca
bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a)
Kehamilan
yang tidak diharapkan
b)
Hamil
di luar nikah
c)
Faktor
ekonomi
d)
Faktor
ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e)
Perasaan
cemas menghadapi persalinan.
f)
Kurangnya
dukungan dari suami dan keluarga
g)
Perasaan
khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h)
Ada
masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i)
Sedang
menghadapi masalah keuangan
j)
Usia
ibu hamil yang terlalu muda
k)
Adanya
komplikasi selama kehamilan
l)
Terpisah
dari keluarga
m)
Rasa
takut yang berlebihan.
n)
Orang
tua tunggal.
o)
Riwayat
keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.
D. Dampak
Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan
kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa
berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang
ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan
hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi
wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak
yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada
2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a)
Pertama
adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b)
Munculnya
gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c)
Kelahiran
premature
d)
Bayi
lahir dengan berat badan yang rendah
e)
Ibu
yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan
perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.
Depresi yang dialami, jika tidak
disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu
kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak
jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya
kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan
gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan
dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan
ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor
yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya
meninggal. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk
memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
E. Pencegahan
Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka
jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya.
Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan
orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya
untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan
dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan
perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak
yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan
anak – anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas.
2.2 Psikosa
I.
Definisi
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan
dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga
tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku
umum.
Psikosa merupakan gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab organic ataupun
emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir,
bereaksi secara emosional, mengingat , berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan
bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk
memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu. Psikosa ditandai
oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan
terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
Pada umunya pasien psikosa tidak mampu melakukan partisipasi sosial, sering ada
gangguan bicara, kehilngan orientasi terhadap lingkungan, aspek sosialnya
membahayakan orang lain maupun diri sendir serta memerlukan perawatan rumah
sakit.
II.
Penyebab psikosa:
a.
Internal
(perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.
Ekstenal
(kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak kehamilan yang
terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
III.
Jenis-jenis psikosa
Adapun
jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas:
a.
Skizofrenia
Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia
pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan:
1)
Virus
atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak
janin.
2)
Menurunnya
autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3)
Komplikasi
kandungan.
4)
Kekurangan
gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Tipe-tipe
dari skizofrenia :
1)
Skizofrenia
Simplex
Gejalanya meliputi kehilangan minat, emosi tumpul / datar, dan menarik diri
dari masyarakat.
2)
Skizofrenia
Hebefrenik
Umumnya dialami atau timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun dengan gejala
berupa reaksi-reaksi emosional yang makin bertambah indiferen, adanya gangguan
proses berpikir dan tingkah laku infantile, seperti tiba-tiba menangis atau
tertawa tetapi tidak berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi, makan secara
berlebihan dan berceceran, buang air kecil atau buang air besar sembarang
tempat, berpakaian seperti bayi, dan lain-lain.
3)
Skizofrenia
Katatonik
Penderita tipe ini menunjukkan satu dari dua pola yang dramatis, yakni;
a)
Stupor
Penderita
kehilangan gerak, cenderung untuk diam pada posisi yang stereotipi dan lamanya
bisa berjam-jam bahkan berhari-hari, mempunyai kontak yang minimal sekali dan
mutisme (menolak untuk bicara).
b)
Excitement
Penderitanya
melakukan tingkah laku yang berlebihan, seperti bicara banyak tetapi tidak
koheren, gelisah yang ditunjukkan dengan tingkah laku seperti mondar-mandir,
melakuakan masturbasi di depan umum, bahkan menyerang orang lain.
4)
Skizofrenia
paranoid
Penderita
menunjukkan dua pola, yaitu:
·
Pola
skizofrenia: ditandai dengan proses berpikir kacau, tidak logis, dan mudah
berubah serta delusi yang aneh.
·
Pola
paranoid: system delusi lebih masuk akal dan logis, kontak dengan realita
(realita testing) juga relative tidak terganggu.
5)
Paranoid
Paranoid dilain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan
halusinasi, yaitu persepsi palsu dan kecurigaan tidak beralasan terus
menerus yang sangat kuat, pola berfikir makin kacau dan tingkah laku
makin tidak normal. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling
berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik
dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.
Psikosa
umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.
Psikosa fungsional
Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi
sinyal pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada
aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat
keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi
selama sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan),
depresi, gaduh gelisah.
b.
Psikosa organik
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada
aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi
) NAZA.
IV.
Tanda dan Gejala
·
Tanda
tanda psikosa:
1.
Halusinasi
2.
Sejumlah
kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan retardasi
psikomotor.
·
Gejala
psikosis adalah:
1.
abnormal
menampilkan emosi
2.
kebingungan
3.
depresi
dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4.
kacau
berpikir dan berbicara
5.
kegembiraan
6.
keyakinan
palsu
7.
melihat,
mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan
ketakutan/ kecurigaan
·
Menninger
telah menyebutkan sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikosa:
1.
Perasaan
sedih, bersalah yang mendalam
2.
Keadaan
terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan
motorik yang berlebihan.
3.
Isi
pikiran yang berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4.
Kecendungan
membela diri atau rasa kebesaran
5.
Keadaan
bingung dengan disorientasi dan halusinasi.
·
Proses
kejiwaan dalam kehamilan
1.
Triwulan I
Ø Cemas ,takut, panik,
gusar
Ø Benci pada suami
Ø Menolak kehamilan
Ø Mengidam
2.
Triwulan II
Ø Kehamilan nyata
Ø Adaptasi dengan
kenyataan
Ø Perut bertambah besar
Ø Terasa gerakan janin
3.
Triwulan III
Ø Timbul gejolak baru
menghadapi persalinan
Ø Perasaan bertanggung
jawab
Ø Golongan ibu yang
mungkin merasa takut
Ø Ibu yang mempunyai
riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
V.
Pencegahan psikosa
Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah
dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a)
Informasi
b)
ANC
rutin
c)
Nutrisi
d)
Penampilan
e)
Aktivitas
f)
Relaksasi
g)
Senam
hamil
h)
Latihan
pernafasan
·
Penatalaksannan
yang dilakukan:
a)
Konsultasikan
dengan dokter, psikiater, psikolog, dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
b)
Sejak
pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus dengan kesabaran
meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal
yang normal dan wajar.
c)
Ajarkan
dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot otot istirahat dan
pernafasan
d)
Hindari
kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.
e)
Hindari
komentar suatu kasus dan gelak tawa
f)
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak
terjadi kerusakan otak yang menetap.
g)
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
h)
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak
menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi
tenang, tetapi bertambah gelisah.
i)
Klien
harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk
dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya)
ataupun untuk orang lain.
j)
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
2.3 Psikoneurosa
a)
Pengertian
Psikoneurosa
Psikoneurosa yaitu ketegangan
pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan
dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya,
ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan
kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi,
sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu
kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam pelbagai bentuk
tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence
mechanism).
Psikoneurosa adalah sekelompok
reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar
ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan
mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh pengkondisian yang buruk
dari lingkungan sosial yang sangat tidak menguntungkan, muncul kemudian banyak
ketegangan dan kecemasan, serta simptom-simptom mental yang pathologis atau
gangguan mental yang disebut neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan
neurosa disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh
ketakutan dan kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau
ketegangan batin yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat,
konflik-konflik emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental
breakdown ). Ditambah pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya
usaha serta kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan
meledak menjadi gejala neurosa.
Psikoneurosa yaitu ketegangan
pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan
terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya,
ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan
kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi,
sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki
energi).
b)
Jenis
Psikoneurosa
Ø Neurosis kuatir atau anxiety
neurosis
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat
bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada
sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai
dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki
energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang
terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian
kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas
sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang
bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah
ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang
tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf
terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu
yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang
perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
Ø Neurosis cemas (anxiety neurosis
atau anxiety state)
1)
Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada
rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang
bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami
sangat hebat maka terjadi kepanika
·
Gejala
somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti
mengambang, lekas lelah, keringat dingan,
·
Gejala
psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,
b. Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
·
Ketakutan
dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan
kegagalan yang bertubu-tubi
·
Repressi
terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung
secara sempurna
·
Kecenderungan
harga diri yang terhalang.
·
Dorongan-dorongan
seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkn banyak
konflik batin.
c. Terapi untuk penderita neurosis
cemas
Terapi
untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan
atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan.
Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hamil
merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita.
Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum
dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan
psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut
tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa
(psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai
di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya
sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat
muncul kembali.
Wanita
dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan
intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini
sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri
kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.
3.2 Saran
Diharapkan
kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu
terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah
anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan
selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di
sekitar dengan pemberian dukungan/motivasi dan segala macam bantuan positif
lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Dirgagunarsa,
Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
·
Hanafiah
Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan dan Depresi. Surabaya. Yayasan
Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
·
Kuntjojo.2009.
Diktat Psikologi Abnormal. Kediri : Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Nusantara PGRI.
·
Suroto.
1994. Stress. Jakarta : Gajah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar